
PALANGKA RAYA, LANGKAHKALTENG – Lembaga Perempuan Dayak (LPD) Provinsi Kalimantan Tengah menginisiasi gerakan bertajuk “Perempuan Berdaya Tanam Lombok Bebas Inflasi”, sebagai langkah konkret dalam mendukung pengendalian inflasi daerah dan memperkuat ketahanan pangan lokal.
Ketua LPD Kalteng, Debora, menyampaikan bahwa gerakan ini merupakan aksi awal dari rangkaian kegiatan pemberdayaan yang digagas perempuan Dayak, termasuk nantinya akan diarahkan pula pada program pencegahan stunting.
“Kegiatan kami adalah gerakan perempuan berdaya tanam lombok Indonesia Raya. Fokus awalnya tanam lombok bebas inflasi, sementara program stop stunting akan menyusul kemudian,” ujar Debora saat ditemui di Gedung Juang, Palangka Raya, Jumat (18/07/2025).
Andriani,S.H MAP Asisten Administrasi Umum Setda Kabupaten Pulang pisau, Debora Ketua LPD Kalteng, Yansen Binti Ketum Gerdayak (dari kiri ke kanan)
Ia menjelaskan bahwa program ini juga bagian dari respons terhadap imbauan Gubernur Kalimantan Tengah agar masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk menanam komoditas strategis seperti lombok (cabai), yang memiliki pengaruh signifikan terhadap laju inflasi daerah.
“Ternyata lombok sangat berpengaruh terhadap inflasi. Karena itu, gerakan ini bukan hanya simbolik, tapi solusi nyata untuk mendukung ekonomi rumah tangga sekaligus stabilitas harga,” tambah Debora.
Mendukung penuh gerakan ini, Ketua Umum DPP Gerakan Pemuda Dayak (Gerdayak) Nasional Kalimantan Tengah, Yansen A. Binti, mengapresiasi peran aktif perempuan Dayak dalam membangun kemandirian pangan masyarakat.
“Kami menyambut baik dan mendukung penuh gerakan tanam lombok bebas inflasi dari Lembaga Perempuan Dayak. Ini adalah upaya menumbuhkembangkan kekuatan kedaulatan pangan kita,” ujar Yansen.
Menurut Yansen, keterlibatan masyarakat – khususnya kaum perempuan – dalam gerakan ini sangat strategis, karena mampu menjadi pemantik gerakan serupa di seluruh wilayah Kalimantan Tengah.
“Kita harapkan akan ada gerakan secara menyeluruh untuk tanaman lombok atau cabai ini. Selamat kepada LPD Kalteng, teruslah bergerak,” tegas Yansen.
Gerakan ini sekaligus menjadi contoh sinergi antara komunitas masyarakat, pemerintah, dan organisasi adat dalam menciptakan solusi lokal yang berdampak nasional, terutama dalam menghadapi tantangan inflasi dan ketahanan pangan. (Ctr)