
Palangka Raya, Langkah Kalteng – Seketaris Jenderal (Sekjen) Aliansi Dayak Bersatu (ADB), H. Siyin D. Rangka, SE, secara tegas sampaikan pernyataan Penolakan Transmigrasi di Kalimantan Tengah, Dalam acara penyambutan Peserta dan Mimbar Demokrasi Seminar Internasional “International Day of The World’s Indigenous People, PUMPUNG HAI BORNEO (The Great Borneo’s Assembly)”, bertempat di Betang Hapakat, Jl. RTA Milono Km. 3,5 Kota Palangkaraya, Kamis (22/8/25).
Pada kesempatan tersebut, Sekjen Aliansi Dayak Bersatu (ADB), H. Siyin D. Rangka, SE mengatakan kilas-balik program transmigrasi di kalimantan tengah sangat berdampak negatif terhadap masyrakat lokal yakni suku dayak.
“Pembukaan hutan yang luas (massive) dengan membangun ribuan kanal besar dan kecil ini memicu kekeringan yang mengakibatkan hilangnya sumber daya hutan, hilangnya mata pencaharian tradisional (livelihood) masyarakat lokal yakni kebun karet, kebun rotan, beje dan hasil hutan lainnya, ” ucapnya.
Siyin D. Rangka juga menegaskan akibat pembukaan lahan tersebut mengakibatkan bencana kebakaran hutan dan lahan gambut yang mengalami kekeringan, dan dampak lebih jauh lagi petani tradisional lokal masyarakat dilalarang membuka lahan ladang dengan membakar.
Foto Saat Menyampaikan Orasi
“Sehingga petani tradisional secara otomatis dilarang bertani berladang, maka denga demikian hilanglah sumber pakan utama masyarakat petani suku bangsa dayak, ” tegas Sekjen ADB tersebut.
Sekjen ADB tersebut menuturkan program tansmigrasi kenyataannya hanya menguntungkan penduduk/petani dan para pengusaha dari luar saja dengan penyediaan pembangunan fasilitas dan infrastruktur fisik yang lebih baik.
“Sebaliknya penduduk dan petani dan pengusaha lokal tidak pernah dilirik apalagi disentuh untuk memperoleh pemberdayaan, ” tutur Siyin D. Rangka.
Lebih lanjut, Ia mengungkapkan masyarakat lokal suku dayak, petani tradisional penduduk terpencil kalimantan tengah termarginalisasi, mengalami kemiskinan absolut, mata pencahariannya tidak pernah memperoleh dukungan dari pemerintah, sdanya rusak, dan dikuras habis-habisan, sdmnya tertingggal, generasi mudanya banyak yang dirusak oleh peredaran narkoba, kehidupannya terdesak kepinggir, lahan pertaniannya telah banyak dikuasi oleh pendatang terutama pengusaha perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan emas dan batu bara.
“Sehingga masyarakat lokal dianggap sebagai pencuri dan pengusaha illegal, ini sangat ironis bagi kami masyarakat Dayak Kalteng, ” ungkap Siyin D. Rangka Sekjen ADB Kalteng tersebut.
Sumber : ctr / tn-t7