Sekolah Tinggi Teologi INTI Bandung yang bernaung di bawah sinode Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB) pada hari Rabu tanggal 25 September 2024 meresmikan kampus STT INTI Bandung yang terletak Jl. Pajagalan No.95, Nyengseret, Kec. Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat 40242.
STT INTI yang didirikan sejak tahun 1991 ini setelah tiga kali pindah lokasi pembelajaran dan akhirnya setelah satu tahun proses pembangunan berdirilah gedung baru kampus STT INTI yang menempati areal seluas 4000 meter persegi dengan dua bangunan utama, yaitu gedung akademik yang terdiri dari lima lantai serta gedung asrama putri yang berkapasitas 40 orang mahasiswa.
Peresmiaan kampus STT INTI ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia, Dr. Jeane Marie Tulung, S.Th.,M.Pd., Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom M.Th., Ketua STT INTI, Pdt. Dr. Bambang Widjaja, Ketua Yayasan INTI, Ir. Yongki Gunawan, M.A., dan Ketua Panitia Pembangunan, Tjandra Minardy, dan dilanjutkan pemotongan pita di depan pintu utama gedung akademik STT INTI.
Dr. Bambang Widjaja sebagai Ketua STT INTI mengatakan bahwa pertama kalinya gedung STT INTI berada di Lembang di atas lahan seluas 2000 meter persegi. Namun seiring perkembangannya jumlah mahasiswa tidak mampu ditampung lagi. Di sisi lain waktu tempuh dari Bandung ke Lembang semakin lama karena sering terjadi kemacetan.
Belum lagi STT INTI ini berdiri dengan tujuan untuk melayani kaum urban yang ada di perkotaan sehingga kalau kampus tidak berada di tengah perkotaan rasanya tidak sesuai dengan tujuan sebagai kampus kaum urban. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya kampus dipindahkan di kota Bandung sembari menyiapkan tempat yang sekarang diresmikan.
STT INTI sifatnya interdenominasi di mana mahasiswanya datang dari berbagai daerah dan gereja tetapi lewat STT INTI ini mereka dipersatukan. Selain itu STT INTI juga sebagai tempat pelatihan atau pendidikan untuk melengkapi para pengerja dari GKPB itu sendiri.
“Saat ini jumlah mahasiswa STT INTI ada 100-an mahasiswa dari semester satu hingga akhir, jumlah tersebut disesuaikan dengan kapasitas yang ada,” ungkap Pdt. Bambang Widjaja yang juga salah satu Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI) ini.
Mengenai mahasiswa pihak STT INTI menyiapkan asrama dan saat ini baru mahasiswa putri yang sudah ada asramanya sedangkan mahasiswa putra ditampung di sekitar kampus. Terkait pembiayaan mahasiswa, ada yang disponsori gereja yang mengutus, ada juga yang disponsori perorangan, sedangkan yang berprestasi pihak kampus memberikan beasiswa.
STT INTI Bandung dalam pendidikannya mengedepankan dua hal, pertama tentang leadership atau kepemimpinan, dan kedua pembentukan rohani atau spiritual formation. Terkait formasi rohani saat ini di pelbagai perguruan tinggi di Amerika jurusan formasi rohani itu sedang berkembang.
Formasi rohani itu sendiri sebenarnya adalah pemuridan dalam artian lebih luas dari pemahaman pemuridan pada umumnya. Kebanyakan orang memahami pemuridan itu sebatas mencetak tenaga pelayan supaya mereka dapat terlibat dalam pelayanan.
Seiring perkembangan zaman semakin disadari kemampuan melayani itu saja tidak cukup, namun dibutuhkan karakter dan kualitas kerohanian yang memadai. Karena keterampilan pelayanan saja tidak serta merta sejalan dengan kedewasaan kerohanian.
Pertanyaannya, bagaimana menciptakan kedewasaan kerohanian ini? Kedewasaan kerohanian tidak bisa diperoleh hanya dengan ceramah, tidak hanya sekadar tahu karena banyak orang tahu. Demikian juga kedewasaan rohani tidak bertumbuh seiring dengan keterampilan. Banyak orang terampil berkhotbah, terampil menyanyi dan terampil bidang yang lain, tetapi kerohaniannya tidak dewasa.
Lalu bagaimana dengan kedewasaan rohani itu? Kedewasaan rohani tumbuh karena yang pertama relasi dan kedekatan dengan Tuhan, dan selanjutnya saling mengasah dan mengasuh antar sesama.
Dua faktor ini yang harus berjalan. Nah inilah yang dikembangkan banyak perguruan tinggi saat ini, imbuh Bambang sore itu.
Dengan hadirnya STT INTI ini, Pdt. Bambang Widjaja berharap bisa membangun kader-kader yang berwawasan ekumenis-ekumenis yang bisa merangkul semua pihak serta mampu membawa kesatuan dan keesaan gereja-gereja. Tetapi ekumenis yang bersifat evangelikal artinya memenuhi panggilan Tuhan untuk mewartakan kabar baik. Intinya ekumenikal yang evangelikal.
Peresmian kampus STT INTI Bandung diawali dengan doa oleh Pdt. Yusak Toto, Penatua GKPB Fajar Pengharapan, dilanjutkan dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Gomar Gultom, Ketua Umum PGI dengan mendasarkan firman Tuhan dari 1Tesalonika 5:19 dan Mazmur 44:5-8. Dalam paparannya Gomar mengajak untuk tetap bersyukur sekalipun tak mudah apalagi saat ini dalam situasi dan kondisi ekonomi yang melemah serta bencana alam.
Rasul Paulus mengajak jemaat untuk tetap mengucap syukur sekalipun saat itu umat Kristen dalam penganiayaan besar di bawah kaisar Nero. Demikian juga pemazmur mengajak umat Tuhan untuk tetap bersyukur meskipun dalam situasi yang menyesakkan dan terusir dari negerinya. Artinya dalam masa yang sulitpun hendaknya untuk tetap bersyukur sepanjang hari dan selama-lamanya.
Di kesempatan tersebut Pdt. Gomar pun merasa prihatin karena akta liturgi dalam peribadahan tidak diikuti dalam praktik kehidupan sehari-hari. Demikian pula saat ini kebanyakan STT lebih cenderung pada transfer knowledge tetapi minim transfer kehidupan teologi, seperti banyaknya kerusakan ekologi dan maraknya korupsi serta pergumulan kebangsaan yang masih memprihatinkan.
Selanjutnya Pdt. Gomar dengan mengutip pernyataan Hendrik Kraemer, pendiri STT Pertama di Indonesia, yang menekankan tentang akademisi dan integritas. Hal ini perlu kembali direnungkan dan dilakukan dalam pendidikan sekolah tinggi teologi.
Dalam kata sambutannya Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia, Dr. Jeane Marie Tulung, S.Th., M.Pd. menyatakan bahwa peresmian gedung ini adalah tonggak sejarah baru yang mengokohkan komitmen STT INTI untuk mencetak pemimpin-pemimpin rohani yang tangguh dan siap menghadapi tantangan pelayanan di masa depan.
Peresmian gedung ini bukan hanya menjadi pencapaian penting bagi STT INTI, tetapi juga simbol dari semakin kuatnya komitmen dalam mewujudkan visi besar yang telah ditetapkan sejak awal pendiriannya pada tahun 1991.
“STT INTI berperan penting dalam mempersiapkan para pelayan Tuhan yang kompeten, khususnya dalam perintisan jemaat di tengah masyarakat urban yang dinamis.” kata Dirjen. “Kami berharap gedung ini tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga pusat inovasi dan pengembangan spiritualitas yang akan menginspirasi generasi baru pelayan Tuhan,” katanya dengan penuh harapan.
Di akhir sambutannya, Dirjen menutup dengan doa agar gedung ini menjadi berkat bagi banyak orang dan terus melahirkan generasi pemimpin rohani yang siap melayani serta membawa kabar baik di tengah masyarakat.
Peresmian gedung baru STT INTI Bandung ini menjadi tonggak penting dalam penguatan pendidikan teologi di Indonesia. Dengan fasilitas baru yang lebih modern dan mendukung proses pembelajaran, STT INTI siap menjadi garda terdepan dalam menghasilkan pemimpin-pemimpin gereja yang berintegritas, kreatif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Dengan peresmian ini, STT INTI Bandung semakin memperkuat perannya sebagai lembaga pendidikan teologi yang inovatif dan relevan, memberikan kontribusi besar dalam memperlengkapi para pelayan Tuhan bagi gereja-gereja di Indonesia serta mendukung kemajuan bangsa.
Acara peresmian gedung baru STT INTI Bandung turut dihadiri oleh berbagai tokoh gereja dan pemimpin masyarakat, termasuk Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Gomar Gultom, Kapolda Nusa Tenggara Timur, Irjen Pol Daniel Silitonga, serta sejumlah pemimpin dari berbagai denominasi gereja di Jawa Barat.
Tokoh-tokoh penting lainnya yang hadir dan memberikan dukungan penuh bagi kemajuan pendidikan teologi di Indonesia di antaranya adalah Pdt. Tommy Lengkong, M.Th., Sekretaris Umum PGLII; Pdt. Lipiyus Biniluk, M.Th., Ketua FKUB Papua; Pdt. H. Harapan Nainggolan, M.Min., M.Th., Pembimas Jawa Barat; Pdt. Paulus Wijono, S.Th., Ketua PGI Wilayah Jawa Barat; Pdt. Benyamin Lumondo, S.Th., Ketua PGLII Wilayah Jawa Barat; Dr. Kikit Wirianti Sugata, S.H., Ketua Forum Perempuan Kristen Jawa Barat; serta Dr. Antonius Natan, M.A., Pengurus BMPTKKI, yang semuanya menunjukkan komitmen mereka terhadap penguatan pendidikan teologi di tanah air.