
PALANGKA RAYA – Semarak budaya Dayak kembali menyala di Kota Palangka Raya melalui pementasan Tari Kapakat Dayak Perjanjian Tumbang Anoi yang digelar di Bundaran Besar, Sabtu malam (23/08/2025). Ribuan masyarakat tumpah ruah menyaksikan pertunjukan spektakuler tersebut yang dipersembahkan Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalimantan Tengah bekerja sama dengan Dewan Kesenian Palangka Raya serta didukung berbagai sanggar seni Dayak.
Sekretaris Umum DAD Kalteng, Yulindra Dedy
Sekretaris Umum DAD Kalteng, Yulindra Dedy, menegaskan bahwa pementasan ini sarat makna sejarah. “Pementasan ini terinspirasi dari kisah nyata Perdamaian Tumbang Anoi tahun 1894 yang menjadi tonggak berakhirnya konflik antarsuku Dayak dan lahirnya kesepakatan damai. Peristiwa bersejarah itu juga melahirkan hukum adat yang hingga kini masih dijunjung tinggi di Bumi Tambun Bungai,” ujarnya.
Sementara itu, Tris Sofia W, selaku Biro Seni Budaya DAD Kalteng, menambahkan bahwa pementasan ini menghadirkan kembali nilai luhur perdamaian yang diwariskan para leluhur. “Adegan-adegan adat seperti pembayaran sahiring (denda), penyerahan kepala yang dikembalikan, hingga ritual adat sakral lainnya ditampilkan dengan penuh makna. Semua ini menggambarkan bagaimana pemimpin adat kala itu memilih jalan damai dibanding pertumpahan darah,” tegasnya.
Tris Sofia W, selaku Biro Seni Budaya DAD Kalteng
Pementasan Kapakat Dayak Perjanjian Tumbang Anoi tak hanya menjadi tontonan budaya, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya persatuan dan perdamaian. Suasana Bundaran Besar malam itu dipenuhi rasa khidmat sekaligus semarak, menjadikan acara ini sebagai salah satu agenda penting dalam rangkaian peringatan International Day of The World’s Indigenous Peoples 2025 di Kalimantan Tengah. (Ctr)