Palangka Raya, langkahkalteng.com – Yayasan Rumah Budaya Panjawa Tingang Menggelar Opera Tjilik Riwut Bertajuk “Pergulatan Identitas Dayak Atau Indonesia” Produksi Ke-37, yang diselenggarakan di Teater Terbuka UPT. Taman Budaya Jalan Temanggung Tilung XIII Palangka Raya, Sabtu (14/12/24).
Sebagai informasi, pertunjukan Opera Tjilik Riwut Bertajuk “Pergulatan Identitas Dayak Atau Indonesia” ini menampilkan karya Yayasan Rumah Budaya Panjawa Tingang yang di fasilitasi oleh Kementerian Kebudayaan dalam rangka menampilkan karya seni perjuangan seorang Tokoh Nasional dalam menjaga persatuan dalam keberagaman budaya suatu daerah serta untuk melestarikan seni budaya Kalimantan Tengah.
Dalam sambutan Perwakilan Kementrian Kebudayaan yang diwakili Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII Kemenbud, Yusri Darmadi, S.S mengatakan Opera Tjilik Riwut Bertajuk “Pergulatan Identitas Dayak Atau Indonesia” merupakan program yang di fasilitasi dari Kementerian Kebudayaan.
Foto Perwakilan Kementrian Kebudayaan Yusri Darmadi, S.S dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII Kemenbud.
“Dimana Kementerian Kebudayaan juga sudah mempunyai Logo sendiri yang sebenarnya suatu kebanggaan buat kita Kalimantan Tengah, karena kebetulan logo itu adalah Karya dari anak kalteng yang bernama Reza Rasendera yang berhasil mengalahkan 3200 karya dari serulur indonesia, ” ucapnya.
Yusri Darmadi menyebutkan terkait tema yang diangkat tentang seorang tokoh bernama Tjilik Riwut, kebetulan saya pernah dulu meneliti tentang pemikiran beliau di tahun 2019.
“Menurut Putri beliau ibu Ina Henon atau Enon Heryani Pergulatan Identitas Dayak Atau Indonesia tema yang diangkat ini ternyata konteks sebelum Indonesia merdeka yang sebenarnya kalau Dayak dengan Indonesia bukan sesuatu yang harus dipertengahkan, ” sebut Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII Kemenbud tersebut.
Foto Pertunjukan Dimulai Dengan Pemukulan Katambung
Ia berharap mudah-mudahan dengan tulisan yang singkat ini, selain dari petikan dan kutipan sejarah singkat tentang Kalimantan Tengah dapat dikenal oleh masyarakat luas.
“sehingga sebagian besar masyarakat yang kurang mengerti atau mengenal Kalimantan dengan hutan rimba belantara hanya dikenal sebagai hal-hal yang negatif padahal luar biasa pulau Kalimantan merupakan pulau yang kaya dengan sumber daya alam, ” ungkap Yusri Darmadi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII Kemenbud tersebut.
Sementara, perwakilan keluarga Tjilik Riwut Enon Heryani mengucapkan terima kasih atas gagasan untuk mengadakan Opera Tjilik Riwut Bertajuk “Pergulatan Identitas Dayak Atau Indonesia” ini.
Foto Enon Heryani putri sulung pahlawan nasional Tjilik Riwut
“Saya hanya bisa menyampaikan atau mengingatkan sedikit bagaimana ayah saya waktu itu masih zaman perang, belum Indonesia merdeka, dimana pada masa mudanya, dia sekolah, dia melihat penjajah pada waktu itu serta perjuangan beliau berkeliling pulau jawa serta bertemu dengan suku-suku dayak untuk merebut kemerdekaan, ” jelasnya.
Dikatakannya, dengan semangat perjuangan beliau mengumpulkan orang-orang dayak untuk berjuang dan harus memerangi Belanda untuk merebut kemerdekaan.
“Berkat kegigihan dan perjuangan beliau menyatakan bahwa pulau Borneo adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga Presiden Soekarno tetap mengakui pulau borneo menjadi bagai dari Republik Indonesia, ” beber Enon Heryani putri sulung pahlawan nasional Tjilik Riwut tersebut.
Foto Pementasan Pertunjukan Operah
Di tempat yang sama, Kepala UPT Taman Budaya Kalteng, Wildae D. Binti menambahkan Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah melalui UPT Taman Budaya, dalam hal ini Kepala Dinas sangat mengapresiasi kegiatan sedatari ini yang diselenggarakan oleh Rumah Budaya Pajawan Tingang. “Dan kami berharap pertunjukan pada malam hari dapat dinikmati oleh masyarakat, ” tambahnya.
Dalam pergelaran tersebut, Ketua Yayasan Rumah Budaya Panjawa Tingang, Arbendi menyampaikan kami berterima kasih kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui program fasilitasi bidang kebudayaan teater kepahlawanan 2024 yang mempercayakan kami sebagai salah satu dari 10 komunitas lembaga terpilih di Indonesia untuk mengadakan pegelaran tentang pahlawan nasional.
“Kami memilih Tjilik Riwut yakni satu dia adalah pahlawan nasional kebanggaan kita rakyat Kalimantan Tengah, Kedua, banyak orang tahu beliau hanya sebagai pahlawan nasional, tapi tidak banyak yang tahu sebab kerjaan beliau salah satunya adalah Dayak itu unik untuk bergabung dengan Indonesia, ” paparnya.
Foto Arbendi Ketua Yayasan Rumah Budaya Panjawa Tingang
Lebih lanjut, Ia menuturkan meskipun dia bekas jejak Belanda, tapi dia tidak otomatis terlemerta menjadi bagian wilayah Indonesia, Makanya ada misi Tjilik Riwut untuk menyampaikan kemerdekaan itu dengan berbagai perdebatan dan argumen sehingga mereka berhasil mendapatkan mandat dari seluruh suku Dayak menyampaikan sumpah setia kepada Indonesia tanggal 17 Desember 1946.
“Oleh sebab itu, Yayasan Rumah Budaya Panjawa Tingang dalam setiap tahun mengadakan minimal 3 kali pertunjukan opera, sehingga pertunjukan rutin kami gelar akan tetapi dengan cerita yang berbeda-beda, ” tutur Arbendi Ketua Yayasan Rumah Budaya Panjawa Tingang tersebut.
Dalam kegiatan tersebut dihadiri oleh Perwakilan Kementrian Kebudayaan yang diwakili Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII Kemenbud, Yusri Darmadi, S.S, perwakilan keluarga Tjilik Riwut Enon Heryani, Kepala UPT Taman Budaya Kalteng, Wildae D. Binti, Ketua KSBN Prov. Kalteng Natalia, ST, ISI Yogyakarta, dan Para Penggiat Seni Budaya Kalteng.
Sumber : ctr / tn-t7